Belajar Untuk Memaafkan
hmmm...
tulisan ini dibuat dalam rangka proses memaafkan yang katanya berlangsung terus-menerus dengan orang2 yg berbeda yg ada di kehidupan kita.
ya betul kan, siapa aja pasti pernah disakiti dan tersakiti baik sengaja walaupun tidak.
well, smoga berguna buat kita smua yah :)
”Bagaimana cara saya harus memaafkan perlakuan dia yang sangat menyakiti hati saya? Pertanyaan seperti ini sering muncul saat ada orang-orang yang mengatakan, lupakan, tidak usah diingat, yang lalu biarkan berlalu. Tatap ke depan, mungkin bukan dia yang terbaik dan seribu satu macam masukan yang lain Saya sering bertanya pada diri sendiri kenapa musti berakhir dengan cara seperti ini?” Apakah saya sudah mampu memaafkan dia? Seandainya saya maafkan apakah dia sutdah menyadari kesalahan yang sudah dia buat? Apakah dengan memaafkan dia aku bisa lebih tegar?
hmmm...
tulisan ini dibuat dalam rangka proses memaafkan yang katanya berlangsung terus-menerus dengan orang2 yg berbeda yg ada di kehidupan kita.
ya betul kan, siapa aja pasti pernah disakiti dan tersakiti baik sengaja walaupun tidak.
well, smoga berguna buat kita smua yah :)
”Bagaimana cara saya harus memaafkan perlakuan dia yang sangat menyakiti hati saya? Pertanyaan seperti ini sering muncul saat ada orang-orang yang mengatakan, lupakan, tidak usah diingat, yang lalu biarkan berlalu. Tatap ke depan, mungkin bukan dia yang terbaik dan seribu satu macam masukan yang lain Saya sering bertanya pada diri sendiri kenapa musti berakhir dengan cara seperti ini?” Apakah saya sudah mampu memaafkan dia? Seandainya saya maafkan apakah dia sutdah menyadari kesalahan yang sudah dia buat? Apakah dengan memaafkan dia aku bisa lebih tegar?
Arti maaf
Dari jawaban umum, kita bisa mengartikan memaafkan sebagai mengampuni kesalahan, tidak mendendam, memberi remisi, atau pembebasan.
Secara psikologis, memaafkan merupakan proses menurunnya motivasi membalas dendam dan menghindari interaksi dengan orang yang telah menyakiti sehingga cenderung mencegah seseorang berespons destruktif dan mendorongnya bertingkah laku konstruktif dalam hubungan sosialnya (Cullough, Worthington, Rachal, 1997).
Dari contoh pertanyaan-pertanyaan di atas terlihat banyak kejadian menyakitkan hati akibat dicaci, dibohongi, ditipu, atau dikhianati orang lain, yang membuat kita sering sulit memberi maaf. Mengapa?
Fakta
Padahal menurut Spring, ahli psikologi klinis dari Yale University, AS, memaafkan bukanlah tindakan yang bersih murni dan tidak mementingkan diri sendiri. Memaafkan adalah bagian dari proses yang dimulai ketika kita berbagi rasa sakit hati setelah peristiwa menyakitkan berakhir dan akan berkembang begitu kita punya pengalaman mengoreksi diri, yang membangun kembali rasa percaya dan keakraban terhadap orang lain.
Untuk memperbaiki dugaan keliru tadi, kita perlu melihat kenyataan yang sesungguhnya terjadi pada kita sebagai manusia biasa agar dapat lebih mudah belajar memaafkan kesalahan.
Fakta 1. Proses memaafkan selalu berlangsung perlahan dan berlanjut sepanjang hubungan kita dengan orang tersebut. Mungkin saat ini kita hanya dapat memaafkan kesalahan seseorang sebanyak 10 persen, dan begitu kita membina hubungan kembali kita mungkin dapat menambah dengan 70 persen, tetapi tak pernah lebih banyak lagi.
Hal di atas sah-sah saja. Kita tak perlu menjadi orang baik bila kita memaafkan secara total, kita juga tak perlu menjadijahat bila tak bisa melakukannya. Kita hanya dapat memberi apa yang mampu kita berikan dan apa yang orang lain peroleh.
Fakta 2. Beberapa orang mungkin bertahan untuk memaafkan karena melihatnya sebagai ”penghentian permusuhan/dendam”, suatu kondisi di mana kepahitan lenyap digantikan rasa cinta dan kasih. Padahal sebenarnya tak ada orang mampu mencapai kondisi seperti itu.
Dalam hidup, luka psikis tak pernah sepenuhnya sembuh atau menghilang, ataupun secara ajaib digantikan hal positif lain. Yang benar, seperti halnya cinta yang matang, memaafkan membolehkan adanya pertimbangan serempak antara perasaan yang bertentangan, gabungan dari rasa benci dan cinta.
Bila kita memaafkan, kebencian kita tetap ada, tetapi diimbangi dengan kenyataan orang yang menyakiti tidaklah begitu buruk ataupun kita yang telah sangat naif.
Fakta 3. Sebenarnya, dengan memaafkan bukan berarti kita mengingkari kesalahan pelaku atau ketidakadilan yang telah terjadi, tetapi hanya membebaskannya dari ganti rugi (retribusi).
Fakta 4. Beberapa orang tak mau memaafkan karena berpikir, ”Mengapa saya harus membebaskan seseorang dari kewajiban memperbaiki kesalahannya?”
Padahal, dengan memaafkan tidak berarti kita lemah atau harus membuat orang lain jadi tidak bertanggung jawab. Bila tujuan kita berekonsiliasi, memaafkan memerlukan penebusan dari pelaku. Pemaafan yang sesungguhnya tak bisa diberikan sampai pelaku membayarnya melalui pengakuan, penyesalan, dan penebusan.
Fakta 5. Yang benar, bagaimanapun orang yang disakiti tak pernah akan lupa seperti apa kita telah diperdaya atau dikhianati, apakah kita memaafkan atau tidak.
Setelah bertahun-tahun berlalu, kita akan tetap bisa mengingatnya, tetapi hanya sebagai bagian dari suatu gambaran/potret yang juga melibatkan masa-masa kebersamaan lain yang lebih positif dengan pelaku.
Untuk: ” hari yang sampai saat ini saya belum bisa memaafkan dia”
Related Posts :
0 komentar:
Posting Komentar