Jika Wanita Melamar Pria - Melamar dan menyatakan cinta sejak dulu merupakan dunia seorang pria. Namun mungkinkah di era modern ini, wanita yang mengambil peranan itu?
Hingga saat ini, perdebatan masih tetap terjadi. Seperti ditulis Shine, silang pendapat masih terjadi antara orang-orang yang berpandangan tradisional serta moderen.
Tasha, seorang konsultan percintaan, beranggapan bahwa melamar seorang pria adalah hal yang sangat tidak baik bagi wanita. Menurutnya hal itu justru dapat mengurangi kebahagiaan seorang wanita.
"Saat wanita mengambil peran melamar, maka mereka menutup kesempatan mereka untuk menjadi orang paling bahagia (saat dilamar)," demikian pandangan Tasha.
Masih menurut Tasha, membiarkan pasangan melamar Anda juga berarti membuatnya merasa punya peran dan arti yang besar dalam hubungan.
Ahli berpandangan moderat memiliki pendapat yang bertolak belakang dengan Tasha. Laurie Puhn, seorang pengacara sekaligus mediator pasangan, mengungkapkan bahwa seorang wanita melamar pria adalah hal yang sangat wajar.
Menurut Puhn, lamaran wanita pada pria adalah sebuah ultimatum. Hal itu juga berarti sang wanita ingin mengetahui keseriusan sang pria terhadap hubungan mereka. Masih kata Puhn, di era modern ini, sudah tak jamannya lagi seorang wanita menggantungkan nasib hubungannya kepada nyali pria untuk melamar. Para wanita pun berhak memiliki kesempatan untuk memilih pria terbaik untuk hidupnya.
Paul A. Falzone, CEO eLove, perusahaan biro jodoh online ternama berusaha menarik garis tengah dari kedua pendapat yang bertolak belakang tadi. Menurutnya, lamaran yang dilakukan seorang wanita terhadap pasangannya bukanlah hal yang tabu. Namun sang wanita juga harus melihat karakter pria yang menjadi pendampingnya.
Jika si pria berpandangan modern, sang wanita bisa langsung mengutarakan pendapatnya dengan gamblang. Namun jika si pria berpandangan tradisional, si wanita hanya perlu memberikan 'sinyal-sinyal' yang menyatakan bahwa ia siap dilamar dan melangkah maju dalam hubungan cintanya. Biarkan si pria tetap menjadi eksekutornya.
Hingga saat ini, perdebatan masih tetap terjadi. Seperti ditulis Shine, silang pendapat masih terjadi antara orang-orang yang berpandangan tradisional serta moderen.
Tasha, seorang konsultan percintaan, beranggapan bahwa melamar seorang pria adalah hal yang sangat tidak baik bagi wanita. Menurutnya hal itu justru dapat mengurangi kebahagiaan seorang wanita.
"Saat wanita mengambil peran melamar, maka mereka menutup kesempatan mereka untuk menjadi orang paling bahagia (saat dilamar)," demikian pandangan Tasha.
Masih menurut Tasha, membiarkan pasangan melamar Anda juga berarti membuatnya merasa punya peran dan arti yang besar dalam hubungan.
Ahli berpandangan moderat memiliki pendapat yang bertolak belakang dengan Tasha. Laurie Puhn, seorang pengacara sekaligus mediator pasangan, mengungkapkan bahwa seorang wanita melamar pria adalah hal yang sangat wajar.
Menurut Puhn, lamaran wanita pada pria adalah sebuah ultimatum. Hal itu juga berarti sang wanita ingin mengetahui keseriusan sang pria terhadap hubungan mereka. Masih kata Puhn, di era modern ini, sudah tak jamannya lagi seorang wanita menggantungkan nasib hubungannya kepada nyali pria untuk melamar. Para wanita pun berhak memiliki kesempatan untuk memilih pria terbaik untuk hidupnya.
Paul A. Falzone, CEO eLove, perusahaan biro jodoh online ternama berusaha menarik garis tengah dari kedua pendapat yang bertolak belakang tadi. Menurutnya, lamaran yang dilakukan seorang wanita terhadap pasangannya bukanlah hal yang tabu. Namun sang wanita juga harus melihat karakter pria yang menjadi pendampingnya.
Jika si pria berpandangan modern, sang wanita bisa langsung mengutarakan pendapatnya dengan gamblang. Namun jika si pria berpandangan tradisional, si wanita hanya perlu memberikan 'sinyal-sinyal' yang menyatakan bahwa ia siap dilamar dan melangkah maju dalam hubungan cintanya. Biarkan si pria tetap menjadi eksekutornya.
Related Posts :
0 komentar:
Posting Komentar